News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

MeRaih Surga Dengan Ampunan Allah

MeRaih Surga Dengan Ampunan Allah



Quran surat Ali Imran: 133 Allah Swt berfirman:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu & kepada surga yang luasnya seluas langit & bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS.Ali Imron:133).

Bulan Ramadhan adalah bulan di mana rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka diberlakukan bagi orang-orang yang beriman yang menjalankan ibadah puasa dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Swt. Dalam hadist, dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda :

“Man shoma romadhona imanan wakhtisaban, ghufirolahu ma taqodama min dzanbih (Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosanya yang telah lalu)”(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dalam hadist tersebut dikatakan Allah Swt mengampuni dosa-dosa orang yang berpuasa karena keimanannya. Bagi orang-orang yang awam mungkin dia akan bertanya, mengapa capek-capek berpuasa hanya mendapatkan pengampunan Allah Swt? Apa arti penting pengampunan Allah?

Di saat orang yang beriman menjalankan puasa dan mengisi bulan Ramadan dengan serangkaian program ibadah yang lebih intensive dibandingkan di bulan biasanya, dari salat Tarawih dan qiyam lail, tilawah Quran, infaq, shodaqah, serta menyambung silaturahim. Namun, ada beberapa saudara kita sesama muslim yang masih bergelut dengan kemaksiatan. Mereka menunda-menunda untuk bertaubat dan memohon pengampunan Allah Swt dan kembali kepada jalan yang benar.

Seolah-olah waktu untuk mereka masih panjang, padahal kematian adalah sesuatu yang datang tidak bisa diduga. Mungkin sakit yang tiba-tiba menyapa dan merenggut sebagaian kenikmatan dunia, bahkan untuk beribadah pun menjadi tidak optimal lagi.

Dalam QS Ali Imran ayat 133 di atas Allah Swt menyeru kepada kita, hamba-hamba-Nya untuk bersegera menuju kepada pengampunan-Nya agar Allah Swt berkenan memasukkan kita kedalam surga-Nya, yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa. 

Lalu dengan amal ibadah apakah kita menuju pengampunan Allah Swt?
Dalam ayat berikutnya (ayat 134) Allah Swt menerangkan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang: berinfak dengan hartanya baik di waktu yang lapang maupun sempit, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain. 

Dari situ kita melihat bahwa ada amalan-amalan yang kelihatan sepele tetapi bernilai tinggi di hadapan Allah Swt. Amalan hati seperti menahan amarah dan memaafkan orang lain mampu menghantarkan seseorang ke dalam ampunan-Nya. Allah Swt tidak menghendaki kesulitan bagi hamba-Nya, tetapi Allah Swt menghendaki kemudahan. 

Bukankah rasulullah SAW pernah mengabarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Nasa’i dari Anas bin Malik mengenai seorang pemuda anshar yang menenteng sandal, Rasulullah khabarkan pemuda ini sebagai ahli surga. Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash sengaja membuntuti dan meminta menginap selama 3 hari di rumah pemuda ini untuk mengetahui amalan istimewa dari pemuda ini. Ternyata, pemuda ini tidak memiliki amalan istimewa, kecuali bahwa pemuda ini menjaga hatinya agar tidak memiliki rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya. 

Hati yang bersih dari prasangka buruk dan perasaan dengki kepada sesama hamba Allah, terlihat sederhana, tetapi amalan hati ini sulit dilakukan dan amalan inilah yang mengantarkan pemuda ini ke dalam ampunan Allah Swt dan memasukkan ke dalam surga-Nya.

Sahabat Rasulullah SAW yang memahami hakikat ampunan Allah Swt adalah Umar Ibn Khatab ra. Suatu kali Umar bin Khattab berpatroli untuk melihat keadaan rakyatnya. Sambil menunggang kudanya Umar berkeliling di kegelapan malam. Ketika melewati sebuah rumah, ia terhenti dan diam sejenak. Sayup-sayup Umar mendengar seseorang sedang membacakan al-Qur’an. Tepatnya surat At-Thur. Ketika sampai pada ayat:
“sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya)” (QS. At thur:7-8).

Lalu Umar berkata, "Itu adalah sumpah Allah yang pasti benar". Umarpun terjatuh dari kudanya dan sakit sebulan penuh dengan penyakit yang tidak seorangpun mengetahui jenisnya.

Ayat (1) sampai dengan (6) dari Surat At Thur berisi sumpah Allah Swt. Dan ayat yang ke 7 ini adalah pesan yang Allah Swt kepada hamba-hamba-Nya bahwa azab Allah adalah suatu kepastian, tidak ada seorang pun yang dapat menolaknya. Pesan yang didahului sumpah yang menandakan betapa pengtingya pesan itu. Hanya orang-orang yang mendapat ampunan Allah Swt yang akan selamat.

Dalam kisah lain, dari Asir ibn Jabbir ra dikisahkan bahwa setiap kali ada rombongan dari Yaman Umar ra selalu menanyakan kepada mereka, “Apakah Uwais Al Qarni ada di antara kalian?” sampai, pada suatu tahun, dia menemukan Uwais.

Dia berkata, “Apakah kamu Uwais Al-Qarni?” orang tersebut menjawab, “Ya,”
Umar meneruskan, “Dari Muraad, dan Qaran?” orang tersebut menjawab, “Ya.”
Umar kemudian bertanya, “Apakah anda pernah menderita penyakit kusta dan kemudian kulit anda sembuh kecuali hanya daerah sebesar satu dirham?” dia berkata, “Ya”.
Umar kemudian bertanya, “Apakah anda mempunyai ibu yang masih hidup?” Dia berkata .”Ya”.

Umar kemudian berkata," Aku mendengar Rasulullah - sallallahu `alayhi wa sallam - bersabda, “Uways ibn Aamir akan datang kepada kalian bersama delegasi dari Yaman, dari Muraad, kemudian dari Qaran. Dia pernah menderita kusta dan kulitnya sembuh kecuali daerah sebesar dirham. Dia Memiliki seorang ibu, dan ia memperlakukannya dengan baik. Jika dia pernah bersumpah demi Allah (untuk sesuatu) Allah akan mengabulkan sumpah-Nya. Jika kalian bisa, pintalah agar dia memintakan ampunan untuk kalian.”

Umar kemudian meminta kepada Uways, “Pintakan ampunan kepada Allah Swt untukku” dan Uways Al-Qarni melakukannya. (Sumber Sahih Muslim). 

Itulah Umar ibn Khatab, sahabat Rasulullah SAW dan khalifah muslimìn kedua. Umar sangat mengetahui hakikat pengampunan Allah Swt sehingga Umar bersungguh-sungguh menunggu Uwais hanya untuk didoakan agar Allah Swt mengampuninya. Oleh karena bersegeralah menuju ampunan Allah Swt dengan bertaubat dan segera kembali kepada-Nya.

“Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. ” (QS. Ali Imran: 135)

*Disarikan dari taujih Ramadan Ust. Dr Hamim, ketua pengajian Nur dan Atase pertanian KBRI Roma.

*)penulis adalah anggota PPI Italia, koordinator Keluarga dan Komunitas Islam Indonesia Italia (KeKita) dan mahasiswa S3 dalam bidang Teknologi Informasi, University of Parma, Italia.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.